JIWA TARBAWI 845
Tadabbur untuk keselamatan diri.
Firman Allah ta’ala,
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَـٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَن يَهْدِيهِ مِن بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
﴿الجاثية: ٢٣﴾
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (23)
(Al Jatsiyah:23)
(أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ)
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya.
(Al-Jatsiyah: 23)
Yakni, apabila manusia tunduk dan patuh menuruti sahaja apa yang diperintahkan oleh hawa nafsunya. Maka apa saja yang dipandang baik oleh hawa nafsunya, dia kerjakan; dan apa saja yang dipandang buruk oleh hawa nafsunya, dia tinggalkan. Sudah pastilah kecenderungan hawa nafsu lebih kepada kejahatan.
إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ..
﴿يوسف: ٥٣﴾
sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan,
(Yusuf: 53)
Manusia tersebut tidak sekali-kali menyukai sesuatu melainkan menurut ukuran nilai nafsunya dan lantas dia mengabdi dirinya pada perintah dan kehendak nafsu itu.
(وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ)
dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmuNya.
(Al-Jatsiyah: 23)
Makna ayat ini mengandung dua takwil. Pertama ialah Allah ta’ala menyesatkan orang tersebut kerana Allah ta’ala mengetahui bahwa dia layak untuk memperoleh kesesatan.
Kedua ialah Allah ta’ala menjadikannya sesat sesudah sampai kepadanya pengetahuan dan sesudah hujah ditegakkan terhadapnya.
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (القصص:٥٠)
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allâh sedikitpun. Sesungguhnya Allâh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.
(Al-Qashash: 50)
{وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً}
dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan pada penglihatannya? (Al-Jatsiyah: 23)
Bila Allah ta’ala menyesatkannya, dia tidak dapat mendengar apa yang bermanfaat bagi dirinya dan tidak memahami sesuatu yang dapat dijadikannya sebagai petunjuk, dan tidak dapat melihat bukti yang jelas yang dapat dijadikan sebagai penerang hatinya.
Oleh itulah disebutkan dalam firman berikutnya:
(فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ)
Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (Al-Jatsiyah: 23)
Nafsu tidak akan dapat dididik melainkan mestilah ada rasa takutkan Allah ta’ala dalam diri manusia.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ ﴿٤٠﴾ فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ ﴿٤١﴾ (النازعات:٤٠-٤١)
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).
(An-Nazi’at: 40-41)
Justeru, untuk keselamatan diri ambillah panduan dan petunjuk dari hadis Rasulullah ﷺ ,
ثلاث منجيات، وثلاث مهلكات، فأما المنجيات: فتقوى الله في السر والعلانية، والقول بالحق في الرضا والسخط، والقصد في الغنى والفقر، وأما المهلكات: فشح مطاع، وهوى متبع، وإعجاب المرء بنفسه
Tiga perkara yang menyelamatkan dan tiga perkara yang membinasakan.Adapun tiga perkara yang menyelamatkan adalah takut kepada Allâh di waktu sendirian dan dilihat orang banyak, dan berkata yang benar di waktu redha dan marah, dan sederhana di waktu kekurangan dan kecukupan. Adapun yang membinasakan adalah kebakhilan dan kerakusan yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan seseorang yang membanggakan diri sendiri.
( HR Baihaqi, 745 , Syu’ab Iman)
ABi
No comments:
Post a Comment